BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Zaman
yang relatif tenang dan damai ini tidak dipungkiri bahwa para pemimpin negara
telah terlibat dalam menentukan kehidupan, mulai dari keamanan obat-obatan dan
makanan yang dikonsumsi agar tidak mengandung zat yang berbahaya, juga sistem
hukum yang berperan dalam melindungi hak-hak mayoritas dan minoritas. Begitu
juga para pemimpin negara di dunia dapat mengirim putra-putra terbaiknya ke
dalam suatu kancah pertempuran demi menjaga perdamaian dunia. Para pemimpin
organisasi bisnis memiliki kekuatan yang hampir sama dalam membentuk kehidupan ini.
Presiden
Jokowi pernah menyebutkan bahwa tiga pilar ekonomi negara ini ialah investasi, industri
dan ekspor. Ke-3 pilar tersebut tentulah erat kaitannya dengan bisnis, baik
lokal maupun global.
Bisnis
merupakan kegiatan perniagaan yang terdiri dari proses produksi, distribusi dan
penjualan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan untuk
mendapatkan keuntungan agar mendapatkan keuntungan demi kesejahteraan bersama.
Hal
terpenting agar suatu bisnis dapat berjalan dengan baik adalah kepemimpinannya.
Bagaimana proses pemimpin dalam merencanakan, mengelola serta mengembangkan
usahanya. Kepemimpinan dalam bisnis pada dasarnya sama, yakni sama-sama kepala
dari suatu badan yang disebut organisasi untuk menentukan arah dan tujuan
organisasi bisnis ini dibentuk.
Kepemimpinan
dalam bisnis di klasifikasikan secara garis besar berdasarkan lokal dan global.
Suatu bisnis lokal tentu dapat berkembang menjadi bisnis global, dan suatu
bisnis global dapat bersifat ramah lokal. Hal ini tentu didukung oleh
kepemimpinannya.
Refleksi
tentang kepemimpinan global, terutama guna mengembangkan sudut pandang mengenai
faktor-faktor keberhasilan yang paling penting dan dibutuhkan untuk
mengembangkan pola pikir (mind-set) kepemimpinan global. Dalam kaitan
ini, strategi global organisasi bisnis perlu ditunjang oleh pengembangan
kepemimpinan global pula. Karena dalam praktik, seseorang yang memiliki
“pengalaman global” di tempat kerja belum tentu menjamin dimilikinya
kepemimpinan global yang efektif. Dengan demikian, pengembangan pola pikir
global diharapakan akan mewujudkan efektivitas kepemimpinan dalam kapasitas
global. Meningkatnya kompleksitas budaya dan bisnis dengan sendirinya akan
menuntut permintaan akan pola pikir global. Banyak orang berpendapat, bahwa
seseorang telah cukup memenuhi syarat memegang kendali kepemimpinan global jika
ia pernah tinggal di lebih satu negara, sering bepergian ke negara-negara lain,
fasih berbicara lebih dari satu bahasa, berpengalaman mengelola suatu tim
kerja, pernah bertugas dalam hubungan internasional dan mengenyam pendidikan di
luar negeri. Tentu saja persyaratan tersebut belum cukup, meskipun sebagian
mungkin telah memadai sebagai persyaratan “go-internasional”. Pusat-pusat
kegiatan ekonomi akan terus bergeser, bukan hanya secara global, tetapi juga di
tingkat regional. Dunia perlu menata kembali kegiatan ekonomi. Sebagai
konsekuensi dari liberalisasi ekonomi, kemajuan teknologi, perkembangan pasar
modal, dan pergeseran demografis, dewasa ini kawasan Asia (belum termasuk
Jepang) menyumbang sekitar 15 persen terhadap PDB dunia, sementara Eropa Barat
telah menyumbang kurang lebih 30 persen. Prediksi 20 tahun ke depan, kedua
kekuatan tersebut akan berhadapan. Pergeseran ini bukan melulu tentang kisah
gelombang Asia, namun pergeseran ini akan terjadi di seluruh kawasan dunia.
1.2.
Rumusan
Masalah
1) Bagaimana
konsep dalam kepemimpinan bisnis global?
2) Bagaimana
pengembangan pemimpin global saat ini?
3) Apa saja
yang perlu dikembangkan untuk menjadi pemimpin global?
4) Bagaimana tren kepemimpinan global saat ini?
5)
Bagaimana konsep
globalisasi?
1.3.
Tujuan
penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
1) Untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah kepemimpinan
2) Memahami
kepemimpinan bisnis global saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Konsep
Kepemimpinan dalam Bisnis Global
Pemimpin global yang sukses memiliki kualitas tertentu,
lebih baik atau lebih buruk dari yang dimiliki oleh pemimpin domestic atau
multinasional yang luar biasa.
·
Suatu pemahaman stratejik dan minat yang dalam pada
peristiwa sosio ekonomi dan politik yang terjadi di Negara tempat mereka
bekerja.
·
Keterampilan yang luar biasa dalam membina hubungan,
termasuk komunikasi lintas budaya, baik verbal maupun nonverbal.
·
Daya tahan fisik (kepemimpinan global memerlukan suatu
perjalanan dan adaptasi yang luar biasa).
·
Keuletan dan toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian
dan rasa frustrasi.
·
Relativitas budaya, termasuk pemahaman atas prasangka yang
mereka miliki.
·
Ketertarikan terhadap budaya yang berbeda, serta suatu
kemauan untuk menyesuaikan perilaku mereka bila perlu.
·
Sebuah sifat “boneka beruang” yang membuat mereka dapat
diterima dan dipercaya oleh pengikut yang berasal dari budaya yang berbeda,
kemauan dan kemampuan untuk mendengar.
Terdapat
5 (lima) aspek penting yang dapat diidentifikasi tentang keterampilan
kepemimpinan global, yakni:
1.
Berpikir
secara global
2.
Menghargai
keragaman budaya
3.
Mengembangkan
teknologi pintar
4.
Membangun
kemitraan dan aliansi
5. Merbagi
ilmu tentang kepemimpinan.
Kelima hal tersebut tentunya perlu
ditopang oleh keterampilan kepemimpinan secara umum dan keseluruhan,
diantaranya kemampuan dalam mengelola perubahan, pemikiran strategik, pengambilan
keputusan, mengelola timkerja, pengelolaan hasil dan seterusnya. Keterampilan
kepemimpinan yang umum mungkin mudah untuk ditransfer ke dalam konteks
kepemimpinan global, namum orang yang memiliki keterampilan kepemimpinan yang
efektif dalam lingkup domestik belum tentu memiliki kepemimpinan yang efektif
pula dalam setting lingkungan global.
2.2.
Pengembangan Pemimpin Global
Dasar untuk pengembangan praktik
kepemimpinan global adalah terletak pada pengalaman masa kecil yang juga dipengaruhi
oleh pola pengenalan budaya, semua pengalaman ini saling membangun. Tanggung
jawab manajerial dan proyek internasional awal memunculkan kompetensi kepemimpinan global dengan membangunnya
di atas dasar itu.
Kepemimpinan
global yang efektif harus mampu menyeimbangkan tiga dikotomi di bawah ini,
yaitu:
1)
Formalisasi global versus fleksibilitas lokal
Pendekatan
formal diperlukan untuk menyatukan organisasi dimata pelanggan sehingga mereka
tahu apa yang diharapkan dari merek global, namun memanifestasikan merek global
secara lokal mungkin harus berbeda. Misalnya organisasi perlu membuat kemasan
yang berbeda agar produk lebih akrab dengan kebiasaan dan harapan masyarakat
setempat tanpa harus mengubah citra merek global.
2)
Standarisasi global vesrus kustomisasi lokal
Agar
protokol dan proses bisnis dapat berjalan, diperlukan penerapan yang fleksibel
tentang cara yang perlu diterapkan pada tingkat lokal berdasarkan tuntutan
kebutuhan lokal. Sebagai contoh, karena adanya tuntutan dari regulasi lokal,
maka beberapa makanan dan spesifikasi jenis obat tertentu perlu diracik dengan
cara berbeda, asalkan tidak pernah membahayakan fisik dan jiwa para konsumen.
3)
Doktrin global versus pendelegasian lokal
Cara
melakukan bisnis global mungkin perlu seragam, akan tetapi implementasi secara
lokal perlu didelegasikan sesuai dengan kebiasaan yang ada. Meskipun adanya
tuntutan dari kebiasaan lokal yang bisa ditoleransi sepanjang hal tersebut
tidak melanggar hal prinsipil dari nilai-nilai organisasi.
Salah
satu contoh, dilakukan oleh McDonalds yang memperbolehkan cabang di
negara-negara lain untuk menciptakan praktik bisnis, misalnya: tawaran roti
dengan kemasan mereka sendiri untuk melayani selera pasar lokal. Tanpa
pendekatan yang seimbang, organisasi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pasar
lokal secara efektif. Singkatnya, pola pikir kepemimpinan global adalah
kemampuan untuk mengambil pandangan global dan mampu menerapkan perspektif
tersebut ke negara lain, dengan mempertimbangkan aspek sosial-budaya.
2.3. Hal yang perlu dikembangkan untuk
menjadi pemimpin global
Beberapa hal terlebih
dahulu perlu dikembangkan untuk menjadi pemimpin global yang efektif,
diantaranya adalah dengan menperhatikan perihal berikut ini:
1) Mengenal
kemampuan yang dimiliki diri sendiri
Mengenal kemampuan yang
dimiliki diri sendiri merupakan kata lain dari introspeksi dan kesadaran diri.
Hak ini adalah langkah pertama untuk mengembangkan para pemimpin global
sehingga mereka bisa mendapatkan perspektif akurat tentang diri sendiri, yang
pada gilirannya bersedia menambah pengetahuan dan wawasan perihal aspek budaya.
Mereka perlu mengetahui dimana mereka berada dan pada kontinum pengetahuan dan
keyakinan yang baik, sehingga mereka bisa lebih fokus pada pengembangan
pengetahuan mereka dan memahami kekurangan relatif mereka.
2) Pendidikan
yang telah ditempuh
Pendidikan dalam
konteks ini adalah merubah cara berpikir tentang globalisasi, budaya dan
kepemimpinan. Artinya fokus pendidikan lebih ditujukan pada konten dan
pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi efektif dalam pengaturan dan
pengelolaan global. Pemimpin perlu memahami fakta tentang budaya, prosedur
bisnis, informasi lokal berkenaan dengan praktek adat istiadat yang
berbeda-beda di setiap negara, baik dari sudut pandang sosial maupun bisnis.
Mereka perlu dididik tentang hal ini dan informasi ini dapat dengan mudah
diboyong melintasi perbatasan negara.
3) Pengalaman
yang telah dilaui
Pengalaman berkaitan
dengan learning by doing. Pengalaman sering dikatakan sebagai guru
terbaik, dengan syarat pengalaman tersebut diperoleh dari pembelajaran melalui
pengalaman yang bermakna, relevan dan diterapkan. Sehingga diperoleh
pembelajaran dan manfaat tentang bagaimana organisasi melakukan bisnis di
bagian dunia lain.
4)
Kemampuan untuk
mengimplemantasikan.
Kemampuan untuk
mengimplementasikan dalam hal ini dilakukan melalui proses interaksi dengan
berfokus pada orang dan peran, sehingga mampu bersosialisasi dengan cepat.
Artinya, seseorang tidak hanya mampu mempelajari budaya, melainkan juga mampu
mengalami budaya tersebut dengan baik. Para pemimpin yang tinggal di luar
negeri, secara langsung harus menunjukkan kompetensi mereka, terutama dalam hal
menyambut orang asing, berbahasa asing, kehangatan, menghargai perbedaan dan
kepekaan terhadap konteks lokal.
Hal paling penting yang perlu pemimpin
lakukan adalah terus-menerus belajar dari pengalaman, baik ketika dirinya
terlibat dalam partisipasi gugus tugas atau team work, interaksi dengan
atasan, rekan-rekan bekerja ataupun ketika berhubungan dengan para mentor atau
narasumber. Mereka juga secara proaktif perlu mempelajari bahasa dan adat
istiadat negara setempat, dimana ia harus berpartisipasi dalam berbagai
pertemuan yang beragam, berkomunikasi dengan berbagai kelompok pemimpin bisnis,
dan membenamkan diri dalam budaya lain yang sering dikunjungi dan ditempati.
Tentu saja hal ini bukan sekedar untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan
global semata, akan tetapi juga untuk mengembangkan agenda stratejik global
agar menjadi organisasi yang benar-benar global. Diantaranya dengan memberi
kejelasan tentang keterampilan strategik jenis apa yang dibutuhkan oleh
eksekutif global, sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi, merekrut dan
menilai calon sedini mungkin, dan memberikan perspektif internasional tentang
paparan tugas dan karir.
Organisasi juga harus mampu memfasilitasi
asimilasi antar budaya dengan memberikan dukungan dan umpan balik, menciptakan
kesempatan untuk refleksi, mengembangkan budaya terbuka yang dibangun diatas
landasan hubungan pribadi, mengembangkan loyalitas tim kerja dan tim kepemimpinan
yang beragam, serta serta
menyediakan akses pada program pelatihan yang
dipimpin oleh para pelatih panutan yang berpengalaman internasional.
2.4.
Tren Kepemimpinan
Global
Saat
ini diperlukan pemimpin
yang mengerti tentang ekonomi, budaya, hukum dan dampak politik. Akan
diperlukan pemimpin yang melihat dirinya sebagai penduduk dunia dengan visi
dan nilai-nilai yang luas. Kepemimpinan global sangat dibutuhkan sehubungan
dengan perdagangan global dan integrasi teknologi secara
global,
seperti e-commerce.Pemimpin masa depan harus dapat mempelajari
bagaimana menangani produksi global, pemasaran, dan tim sales untuk meraih keuntungan yang kompetitif.Teknologi baru
mewajibkan pemimpin masa depan untuk berpikir global. Teknologi baru memudahkan
kerjasama antar negara di seluruh dunia. Teknologi dapat mengurangi hambatan
dalam bisnis global. Pemimpin yang dapat bekerja secara global akan memperoleh
keuntungan yang besar.
Lima karakteristik kepemimpinan global :
1. Berpikir global
2.
Menghargai
perbedaan budaya
3.
Membangun
teknologi
4. Membangun kemitraan dan aliansi
5.
Membagi
kepemimpinan
2.5.
Globalisasi
Bisnis
1)
Dampak Globalisasi
Pemimpin
sukses harus memahami bisnis global, termasuk:
·
Mengerti
keuangan ekonomi dunia.
·
Memahami
perbedaan budaya, contohnya perbedaan budaya kerja Amerika dan Jepang yang
tidak akan dapat disatukan.
·
Memahami
pasar global dan regional.
Globalisasi berdampak pada setiap area
dalam perusahaan mulai dari customer, produsen dan distributor, dan strategi
pemasaran, mitra kerja dan pesaing.Pemimpin global harus peduli pada regulasi
pada suatu negara , bangsa , hukum, dan regulasi bisnis,Kejadian sosial dan
politik, dan keterlibatan pemerintah dalam bisnis.
2)
Pendekatan Pemikiran Global
Setiap
orang memiliki berbagai cara yang berbeda dalam menjalankan bisnis, kunci dari
keahlian seorang pemimpin global di masa depan adalah fleksibilitas dan
kemampuan dalam menggunakan berbagai perspektif daripada menyatakan perspektif
orang lain benar atau salah. Seiring dengan perkembangan bisnis, banyak solusi dan pendekatan
yang diterapkan dalam dunis bisnis. Setiap budaya, perusahaan, dan individu
akan membawa cara komunikasi dan etika kerja tersendiri. Pengambilan keputusan
dan gaya kepemimpinan akan berbeda bagi setiap orang, organisasi, dan
budaya.Penting untuk menerapkan cara yang objektif, kemudian membiarkan
organisasi untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan peraturan yang berguna
bagi lingkungan dan budaya organisasi. Dengan menerapkan satu cara tertentu
dalam menjalankan bisnis dalam organisasi di berbagai negara tidak akan
memberikan lingkungan kerja yang nyaman. Segalanya tidak bisa
distandarisasi.Setiap pelaku bisnis melihat interaksi diantara berbagai macam
orang, unit bisnis, dan lain-lain di dunia global, dan melihat bagaimana input
dari setiap keputusan berdampak terhadap perusahaan. Mereka harus keluar dari
negara (regional) dan melihat ke dunia untuk mendapatkan cara dan perspektif
global. Mereka sebaiknya tidak memaksa untuk melihat hanya sesuai dengan budaya
dan nilai-nilai dari negara mereka.
3)
Penerapan Pengalaman
Pemimpin
global di masa depan perlu memiliki perspektif global dan pengalaman. Dia harus
tinggal di negara dan budaya berbeda dengan kemampuan berbahasa yang baik. Pemimpin
global dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam perjalanan bisnis di
luar negeri, kerjasama di berbagai lokasi, kunjungan, partisipasi dalam proyek
multikultural, dan penjelajahan umum terhadap masyarakat dan pemikiran dari
berbagai latar belakang budaya melalui pembacaan, pelatihan akademis, kerjasama
personal dan pribadi, film, dan sebagainya.
4)
Berpikir Global , Bertindak Global
Melalui
pasar global, setiap negara terhubung saat ini. Oleh karena itu, pemimpin
global perlu memiliki pandangan global dan mengerti benefit pada level global.
Pemimpin global di masa depan harus memiliki perspektif yang mendunia saat
membuat keputusan, dan mereka harus memiliki strategi pemikiran yang dalam
sebagai pengamat tren global.
Pemimpin
masa depan harus memiliki kemampuan untuk memisahkan , untuk sementara waktu,
latar belakang budaya mereka dan melihat dari budaya masyarakat dimana mereka
berurusan dalam rangka mendapatkan pengertian dan kesempatan baru. Kemudian
pemimpin harus dapat mengambil informasi dari investigasi mikro kepada
perspektif global yang lebih makro dalam rangka memperoleh keputusan yang
konsisten dengan pandangan global.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Refleksi
tentang kepemimpinan global, terutama guna mengembangkan sudut pandang mengenai
faktor-faktor keberhasilan yang paling penting dan dibutuhkan untuk
mengembangkan pola pikir (mind-set) kepemimpinan global. Dalam kaitan
ini, strategi global organisasi bisnis perlu ditunjang oleh pengembangan
kepemimpinan global pula. Karena dalam praktik, seseorang yang memiliki
“pengalaman global” di tempat kerja belum tentu menjamin dimilikinya
kepemimpinan global yang efektif. Dengan demikian, pengembangan pola pikir global
diharapakan akan mewujudkan efektivitas kepemimpinan dalam kapasitas global.
Meningkatnya kompleksitas budaya dan bisnis dengan sendirinya akan menuntut
permintaan akan pola pikir global. Banyak orang berpendapat, bahwa seseorang
telah cukup memenuhi syarat memegang kendali kepemimpinan global jika ia pernah
tinggal di lebih satu negara, sering bepergian ke negara-negara lain, fasih
berbicara lebih dari satu bahasa, berpengalaman mengelola suatu tim kerja,
pernah bertugas dalam hubungan internasional dan mengenyam pendidikan di luar
negeri. Tentu saja persyaratan tersebut belum cukup, meskipun sebagian mungkin
telah memadai sebagai persyaratan “go-internasional”. Pusat-pusat
kegiatan ekonomi akan terus bergeser, bukan hanya secara global, tetapi juga di
tingkat regional.
Daftar Pustaka
http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/239053-tantangan-kepemimpinan-global-net